Profil Pemilik & Riwayat 30 Tahun Plaza Atrium Senen yang Baru Saja Dijual
Plaza Atrium Segitiga Senen, yang dikelola oleh PT Cowell Development Tbk. (COWL), menghadapi perubahan penting dalam sejarahnya. Pada tanggal 16 Agustus 2023, gedung ikonik ini menjalani penjualan aset sebagai hasil dari keputusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat yang menyatakan pailitnya PT Cowell Development dan penangguhan perdagangan saham COWL oleh Bursa Efek Indonesia.
Plaza Atrium Senen bukanlah pusat perbelanjaan baru di Jakarta. Sebenarnya, ia telah berdiri sejak Agustus 1992, menjelajahi perjalanan yang telah berlangsung selama 31 tahun. Penciptaan Plaza Atrium Senen adalah bagian dari upaya pemerintah untuk mengubah Kawasan Segitiga Emas Senen menjadi pusat ekonomi di Jakarta Pusat pada tahun 1990-an. Kawasan Senen telah lama menjadi pusat aktivitas ekonomi berkat keberadaan Pasar Senen yang telah ada sejak tahun 1735.
Warga Jakarta sering mengunjungi Kawasan Senen untuk berbelanja, dan pemerintah telah berusaha untuk mengintegrasikannya menjadi kawasan bisnis terpadu yang mencakup pasar tradisional, hotel, perkantoran, toko, dan pusat perbelanjaan modern. Dalam upaya ini, Plaza Atrium Senen mulai dibangun pada tahun 1991 dengan dana sebesar Rp 80 miliar. Rencananya, kompleks ini akan memiliki 6 lantai yang menempati lahan seluas 66 ribu meter persegi.
Pembangunan berlangsung sangat cepat, dan dalam waktu satu tahun, Plaza Atrium Senen telah berdiri dan diresmikan pada tahun 1992. Ketika pertama kali dibuka, pusat perbelanjaan ini berhasil menarik perusahaan-perusahaan ternama seperti KFC, Matahari, Cineplex 21, dan banyak lagi. Sebagai akibatnya, Plaza Atrium Senen menjadi destinasi populer bagi pengunjung dan mendapat reputasi sebagai salah satu mal terbesar dan paling bergengsi di Jakarta Pusat.
Namun, sejarah Plaza Atrium Senen juga mencatat momen sulit. Pada bulan Agustus 2001, gedung ini menjadi target serangan bom yang merusak struktur bangunan dan melukai beberapa orang.
Awalnya, kepemilikan dan pengelolaan Plaza Atrium Senen tidaklah jelas. Baru pada tahun 2012, PT Cowell Development Tbk. (COWL) mengambil alih pengelolaannya. Saat ini, Plaza Atrium Senen menawarkan 130 toko, 50 restoran, dan memiliki salah satu lantai yang merupakan pusat onderdil terbesar di Jakarta.
COWL sendiri adalah pemain utama dalam industri pengembangan properti di Indonesia dan telah beroperasi sejak tahun 1981. PT Gama Nusapala adalah entitas induk langsung COWL dengan kepemilikan saham sebesar 71,12%, diikuti oleh Feral Investment Inc dengan 14,35%, Earvin Limited dengan 8,12%, dan sisanya dimiliki oleh masyarakat dengan 6,41% saham. COWL telah berhasil merancang dan mengembangkan berbagai proyek, termasuk The Oasis di Cikarang, Borneo Paradiso di Balikpapan, Melati Mas Residence di Tangerang, Plaza Atrium di Senen (Jakarta), dan Cowell Tower di Jakarta.
Namun, saat ini COWL menghadapi tantangan besar, yaitu kemungkinan delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah sahamnya mengalami suspensi perdagangan selama 3 tahun. Suspensi perdagangan saham COWL dimulai pada 13 Juli 2020 setelah perusahaan ini mengajukan permohonan pailit keuangan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, yang kemudian memutuskan pailit. Akibatnya, saham COWL hanya diperdagangkan di pasar negosiasi selama 24 bulan terakhir dan berpotensi dihapus dari bursa.
Situasi ini mencatat sejumlah notasi yang menggambarkan keadaan keuangan COWL di BEI, seperti B (permohonan pailit), E (ekuitas negatif), D (opini “tidak menyatakan pendapat” dari auditor), L (laporan keuangan terlambat), Y (belum melaksanakan RPUS), dan X (efek dalam pemantauan khusus).
Tidak hanya itu, pada 28 Juni 2022, Komisaris Utama COWL, Harijanto Thany, mengundurkan diri dari jabatannya. Saat ini, Dewan Komisaris hanya memiliki satu anggota, yaitu Adam Mingkay, yang menjabat sebagai komisaris independen. Dengan berbagai perubahan ini, masa depan Plaza Atrium Senen dan COWL menjadi sorotan utama dalam dunia bisnis Indonesia.