Indonesia Menghadapi Lonjakan Harga Beras Menjelang Perayaan Idul Fitri

Indonesia Menghadapi Lonjakan Harga Beras Menjelang Perayaan Idul Fitri

Media lokal melaporkan bahwa harga beras di beberapa daerah di seluruh negeri masih meroket, berkisar dari 12.000 hingga 17.000 rupiah (0,76 hingga 1,07 dolar AS) per kilogram, tertinggi dalam sejarahnya. Harga normal rata-rata seharusnya sekitar 9.000 rupiah (0,57 dolar).

JAKARTA, 29 Maret (Xinhua) — Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga di dunia dan beras sangat penting di meja makan negara ini. Namun, masyarakat Indonesia telah berjuang dengan lonjakan harga beras dalam beberapa bulan terakhir.

Per hari Rabu, media lokal melaporkan bahwa harga beras di beberapa daerah di seluruh negeri masih meroket, berkisar dari 12.000 hingga 17.000 rupiah (0,76 hingga 1,07 dolar AS) per kilogram, yang tertinggi dalam sejarahnya. Harga normal rata-rata seharusnya sekitar 9.000 rupiah (0,57 dolar).

Pendapatan pedagang beras di pasar tradisional dilaporkan menurun, sementara restoran mengungkapkan bahwa mereka harus mengurangi porsi yang disajikan kepada pelanggan karena mereka tidak bisa sembarangan menaikkan harga hidangan. Lonjakan harga beras juga dilaporkan memicu kenaikan harga bahan pokok lainnya, seperti bawang dan cabai.

Sekretaris Jenderal Pusat Kerjasama Pedagang Pasar Ngadiran mengatakan kenaikan harga beras terjadi sejak empat bulan lalu, memaksa banyak rumah tangga membeli porsi beras lebih sedikit dari yang biasa mereka beli di hari normal.

“Fluktuasi harga bahan pokok memang normal terjadi, namun ini merupakan kenaikan yang paling tak terduga, tanpa faktor yang jelas,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan lonjakan harga. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa produksi beras nasional telah berkurang akibat gagal panen yang disebabkan oleh perubahan iklim ekstrem.

“Ada perubahan cuaca ekstrem, yang mengganggu panen dan kemudian mengurangi produksi, membuat harga naik. Namun kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di seluruh negara di dunia,” kata Widodo baru-baru ini.

Menurut Badan Pangan Nasional, Indonesia membutuhkan tidak kurang dari 5 juta ton beras untuk Januari-Februari, atau 2,5 juta ton setiap bulan. Namun, negara ini hanya bisa memproduksi 900.000 ton pada Januari dan 1,3 juta ton pada Februari.

Widodo menegaskan bahwa sebagai salah satu solusi untuk membuat bahan pokok mudah diakses, pemerintah telah mendistribusikan bantuan beras untuk keluarga berpenghasilan menengah-ke bawah, menyediakan 10 kg beras setiap bulan.

Media lokal melaporkan bahwa ratusan orang di berbagai daerah bersedia antre berjam-jam untuk mendapatkan beras yang disediakan oleh pemerintah melalui operasi pasar.

Kantor Staf Presiden mengatakan pada hari Senin bahwa harga beras kemungkinan tidak akan turun dalam waktu dekat karena permintaan makanan selama musim Idul Fitri sangat kuat. Ditambahkan bahwa faktor lain yang berkontribusi pada harga melonjak adalah meningkatnya biaya tenaga kerja, khususnya menjelang hari perayaan Idul Fitri dan musim liburan.

Idul Fitri, yang dirayakan oleh umat Islam setelah puasa sebulan penuh, merupakan salah satu perayaan yang paling dinantikan di dunia Islam. Regulasi Indonesia juga mengharuskan pemberi kerja memberikan bonus Idul Fitri kepada semua karyawannya.

Secara tradisional, setiap hari Idul Fitri, keluarga harus berkumpul secara ritual dan menyajikan banyak makanan Idul Fitri

Rina Lestari